Detik-detik Jihad Itu...



Fajar sadik merekah di ufuk timur. Menandakan pergantian hari telah sampai pada senin 16 syawal 1430 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 5 Oktober 2009. Setelah melalui Sembilan bulan lebih kehamilan, mungkin kini adalah saat yang paling menegangkankan bagi aku, istriku dan buah hati kami. Setelah sejak jumat sore mulai merasa mual-mual,kami memutuskan hari ini untuk menginap di rumah sakit.

Pukul 09.30 akhirnya kami ke rumah sakit. Jarak rumah sakit yang hanya sekitar 1 km menjadikan perjalanan tidaklah sulit. Sesampai di rumah sakit, kontraksi yang terjadi hampir setiap 10 menit. Pada akhirnya setelah azan zuhur, kontraksi yang terjadi 2 kali dalam selang 10 menit. Istriku mulai kehabisan tenaga setelah sejak semalam menahan sakit akibat kontraksi. Makan siang pun tidak bisa dihabiskan lagi. Pada akhirnya sekitar pukul 12.30 masuklah istriku ke ruang bersalin.



Ibu dengan penuh kasih sayang senantiasa mendampingi. Memijit tangan serta memberikan semangat untuk istriku. Selain itu, usapan lembut dikepala dari tangan suami tercinta pastinya selalu memberikan rasa nyaman dan tentram. Sekitar pukul 13.15 ibu pulang untuk ganti baju karena setelah dari kantor langsung ke rumah sakit menemani kami. Pukul 14.00 kontraksi yang dirasakan istriku sudah tidak bisa ditahan lagi. Tiba-tiba beliau mengerang kuat sebanyak tiga kali. Ketika aku mau memanggil bidan ternyata bidan lebih sigap dariku. Mereka serta merta menuju ruangan bersalin yang hanya disekat dengan kain. Salah seorang diantara mereka kemudian berkata kepadaku untuk mengambilkan pakaian bayi lengkap serta jarik dan inggilan untuk ibunya.

Langkah kaki tergesa-gesa disertai harapan dan kecemasan menjadikan jarak kamar nginap dengan ruang bersalin terasa sangat dekat. Ketika baju tersebut diantarkan aku sempat melihat sekilas bagaimana persalinan istriku. Darah mulai keluar dari jalan keluar bayi. Sebelum aku sempat menyaksikan lebih jauh, ternyata baju yang disuruh ambil oleh bidan salah. Hal ini karena aku pikir inggilan itu adalah baju terusan buat wanita sepeti daster. Ternyata…. Inggilan adalah baju atasan. Hehehe… (harus lebih banyak belajar bahasa jawa lagi)…


Ketika kembali ke kamar bersalin, langkahku terhenti oleh suara-suara, “ayo terus!! Pinter!!... “,”ayo bu, dorong!!” dan lain sebagainya.. tiba-tiba…eak…eak… terdengar suara tangisan bayi.

Waktu seolah berhenti beberapa saat, no past no future… hening… sejurus kemudian aku tersadar… “itukah anakku?”. Aku memastikan bahwa tidak ada wanita lain yang sementara bersalin di ruangan itu. Benar!! Itu suara anakku… seorang Zukhrufa Irfani Mazaya Lababa telah lahir ke dunia fana ini.

Subhanallah.. walhamdulillah..walailahaillallahu wallahu akbar…

Wow… amazing moments.. sepertinya aku ingin detik tersebut selamanya.

Tak lama kemudian bayi kami di IMD (Inisiasi Menyusui Dini). De’ Irfa di taruh di atas dada ibunya sambil berusaha mencari makanannya sendiri. Aku menunggu dengan perasaan yang bahagia.. setelah itu ade irfa dimandikan bidan. Aku memperhatikan wajahnya. Lugu tak berdosa. Sambil menangis sedikit de’ irfa kemudian di bedong. Tubuhnya di bungkus dengan kain dan di taruh di box kecil. Sementara itu istriku sudah mulai kembali seperti semula setelah berjihad. Ibu sudah ada kembali dirumah sakit bersama bahar (adik istri) sambil memberi selamat.

Setelah sekitar 15 menit ditaruh di box, de’ irfa dibawa ke samping ibunya. Dipeluk, disusui, dilihatin.. iya.. melihat de’ irfa yang cantik dan sehat adalah obat bagi rasa sakit yang dirasakan oleh ibunya. Tidak ada obat lain yang lebih manjur untuk memulihkan rasa sakit selain melihat anak yang baru dilahirkan. Sambil disusui, aku mengumandangkan adzan ditelinga sebelah kanan dan iqamat di telinga sebelah kiri. Aku sudah sering azan, tapi belum ada yang sesyahdu ketika melantunkan azan di telinga anak sendiri.

Setelah itu, waktu berjalan seperti sediakala, senyuman kembali menghiasi istriku. Meskipun masih menahan sakit akibat habis melahirkan, tapi aku percaya perasaan sakitnya dikalahkan oleh kebahagiaan memperoleh keturunan.

Amanah itu telah dititahkan. Pekerjaan berat namun membawa berkah hendak dijalankan. Ya Allah berikanlah kami kekuatan untuk menunaikan amanahMu membimbing hambaMu Zukhrufa Irfani Mazaya lababa menjadi hamba yang akan menerima buku catatan kebaikannya kelak dari sebelah kanan. Amin..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar: